Samanera yang Welas Asih
Dahulu kala, ada seorang Samanera yang berlatih di bawah Sangha. Gurunya yang telah mencapai pencerahan, memiliki kemampuan untuk melihat masa depan seseorang. Beliau mengetahui bahwa si Samanera hanya akan hidup selama tujuh hari lagi. Maka beliau memerintahkan si Samanera untuk pulang ke kampung halamannya dan menemui ibunya. Beliau mengatakan: "Engkau boleh kembali lagi setelah hari ke-delapan". Beliau tahu bahwa dia sudah akan meninggal pada saat itu.
Setelah tujuh hari, si Samanera kembali. Guru menjadi sangat terkejut melihat dia masih hidup dan bahkan aura wajahnya pun berubah. Beliau lalu duduk bermeditasi dan masuk bersamadhi untuk melihat apa yang terjadi dalam tujuh hari ini. Beliau mengetahui bahwa dalam perjalanan pulang, si Samanera telah menggunakan sebatang ranting untuk menyelamatkan semut-semut yang hanyut terbawa air banjir dari luapan sungai. Sungai itu meluap karena hujan besar pada hari itu.
Guru lalu menanyakan pada Samanera apakah kejadian yang beliau lihat adalah benar dan Samanera mengakuinya. Guru menjadi gembira dan berkata: "Kau seharusnya telah meninggal dalam tujuh hari tetapi karena satu pikiran yang baik dan welas asih, kau telah menyelamatkan banyak semut-semut dan dengan itu mengumpulkan banyak pahala. Aura wajahmu pun telah berubah menjadi baik dan kau akan mendapatkan umur yang panjang".
Si Samanera memang telah berhasil merubah nasib berumur pendek dan hidup sampai umur delapan puluh. Selain itu, dia pun berhasil mencapai tingkat kesucian Arahat, dan membebaskan dirinya dari duka tumimbal lahir di samsara. Dalam kisah ini, dapat mengajarkan kita untuk senantiasa memancarkan cinta kasih, baik terhadap sesama manusia, maupun mahkluk hidup lainnya. Jadi, baik bhiksu-bhiksuni maupun umat perumah tangga, semuanya hendaklah bersumbangsih dan berbuat baik dengan penuh cinta kasih. Demikianlah cara menciptakan pahala besar dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sumber : http://www.buddhasutra.com