Nafas
Tidak ada jaminan bila mendapatkan sesuatu yang diinginkan akan selalu membawa kebahagiaan dan tidak selamanya pula kehilangan akan menghasilkan penderitaan. Merasa bahagia atau menderita itu adalah pilihan. Orang bijaksana memahami bahwa kualitas kebahagiaan seseorang itu tergantung pada berapa besar kemampuan dia untuk melepas.
Seperti biasa, sehabis rutinitas membersihkan lingkungan vihara, para Bhikkhu berkumpul pada sebuah ruangan untuk menghilangkan dahaga. Hari ini tampak beberapa Samanera cilik sedang bercanda dengan riang gembira. Seorang Bhikkhu tua yang daritadi memperhatikan mereka datang menghampiri. Sambil menawarkan permen, ia bertanya "Kalau Bhante boleh tahu, apa yang membuat kalian begitu berbahagia?".
Satu diantara Samanera itu, menjawab dengan spontan sambil mengambil permen yang ditawarkan, "Di sini, Bhantenya baik-baik dan suka bagi permen..." Tentu saja jawaban ini membuat yang lain tertawa. Kemudian, satu persatu dari mereka menjawab hingga tiba pada Samanera terakhir.
Anak ini paling disukai orang di sana, karena keceriaan dan kebaikan hatinya. Saat itu ia tampak terdiam, ingatannya tertarik mundur pada kejadian beberapa tahun yang silam. Hari itu dia dijemput dari sekolah dan langsung dibawa ke rumah sakit tempat ibunya dirawat. Banyak orang telah berkumpul di sana dengan raut muka sedih. Ada beberapa Bhikkhu juga hadir di sana. Sang Ibu yang dalam kondisi kritis masih bisa tersenyum melihat kehadirannya dan meminta kepada yang lain agar ditinggalkan berdua saja.
Masih teringat jelas di benaknya, saat itu ibu menggenggam tangannya, dan menarik perlahan agar lebih mendekat kemudian berkata "Kamu sudah besar sekarang. Di setiap napas ibu ada dirimu. Jika napas ini terhenti, jangan bersedih. Ibu tidak pergi jauh tapi ada selalu dalam napasmu. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan ibu, maka selalu bernapaslah dengan bahagia agar ibu juga merasakannya". Ibu tersenyum kembali dan memeluknya, setelah itu napas ibu terhenti.
Tiba-tiba kenangan itu lenyap oleh suara ramai sekelilingnya yang meminta untuk menjawab. Ini membuat dirinya sadar lalu ia menarik napas dalam-dalam dan berkata "Napas inilah yang selalu membuatku berbahagia".
Mendengar jawaban ini, Bhikkhu tua itu mengangguk-angguk "Bagus.. bagus he.. he..sebanyak bernapas memberikan kebahagiaan, apapun udara yang kamu rasakan jangan ditahan, ini bisa menimbulkan penderitaan. Lepaskanlah, agar kebahagiaan yang baru bisa terus dirasakan". Katanya sambil memandang kagum ke anak itu.
Penerapan Dharma:
Sungguh luar biasa, bila kita setiap saat bernapas dengan bahagia.
Setiap bernapas bahagia, berarti setiap saat bahagia.
Napas terakhirpun bahagia, pasti terlahir kembali di Alam Kehidupan Bahagia.
Hanya satu praktek sederhana, praktek luar biasa, bahagia setiap saat.