Icon 1429
Apr, 2022

MEMAHAMI HUKUM PERUBAHAN: TUA, SAKIT, DAN MATI

Author
admin

MEMAHAMI HUKUM PERUBAHAN: TUA, SAKIT, DAN MATI

Tua, Sakit, dan Mati Hanyalah Proses

Dalam Abhinhapaccavekkhana terdapat kata-kata, “Aku wajar mengalami usia tua, Aku takkan mampu menghindari usia tua, Aku wajar menyandang penyakit, Aku takkan mampu menghindari penyakit, Aku wajar mengalami kematian, Aku takkan mampu menghindari kematian”, artinya: tiga faktor kehidupan ini: tua, sakit, dan mati adalah bagian dari proses hidup. Ketiga faktor ini akan selalu hadir dalam kehidupan selama proses lahir dan mati masih berlangsung berulang kali. Hal ini tidak bisa diatasi oleh siapa pun sebelum mencapai kebebasan akhir, Nibbana. Hanya Arahat yang sudah mengatasi usia tua, sakit, dan mati.

Proses itu Sendiri Adalah Perubahan

Pikiran yang dapat menyentuh/mengenal/mengerti dengan benar kenyataan terjadinya proses perubahan yang memang sungguh-sungguh alami sifatnya, akan dapat bersikap netral terhadap apapun yang terjadi dalam proses itu. Dengan demikian tidak terdapat beban yang mempersulit pikiran. Pikiran pun mengalami proses dan perubahan, kadang bisa senang, gembira, puas, nyaman, kecewa, sedih, dan tidak nyaman. Proses terjadi perubahan itu sendiri kadang lambat kadang cepat. Karena terlalu cepat, maka kadang sulit dibedakan kalau pikiran itu berubah dengan sangat cepat. Jika terlalu dipikirkan, maka proses itu rasanya sangat lama, padahal kenyataannya tidak.

Pahamilah Perubahan itu Berjalan Terus

Kita harus berusaha menguasai pikiran dengan mengendalikannya sebisa mungkin, dan tidak membiarkan pikiran itu sendiri menperbudak diri kita. Bila kita dapat melakukan hal ini dengan baik, maka kita akan dapat memahami perubahan yang tidak pernah berhenti.

Pemahaman Timbul Melalui Perenungan

Ada sebuah pernyataan dari sang Buddha terdapat dalam satu sutta pendek, Kindada Sutta, bagian dari Majjhima Nikāya. Dalam sutta tersebut dikatakan bahwa siapa yang suka memberi makanan adalah pemberi kekuatan, siapa yang suka memberi pakaian adalah pemberi keindahan, siapa yang suka memberi transportasi adalah pemberi kemudahan, siapa yang suka memberi lampu penerangan adalah pemberi kemampuan melihat dengan jelas, siapa yang suka memberi tempat bernaung/tinggal adalah pemberi segala sesuatu. Tetapi siapa yang suka memberi Dhamma adalah pemberi Deathless (tanpa Kematian – Nibbana). Jika kita renungkan dengan baik, segala hal tidak bisa dibawa terus meskipun beranggapan itu milik kita. Bagi kita kekuatan/kekuasaan, pakaian indah, rumah yang mahal, hanyalah hak pakai yang mau tidak mau harus kita lepas bilamana waktunya tiba untuk berpisah dengan kita.

(Dikutip dari buku Kumpulan Ringkasan Ceramah Dhamma Bhikkhu Cittagutto Thera)