Kisah Maha Moggallana
Pada zaman Buddha, ada seorang bhikkhu bernama Maha Moggallana. Beliau merupakan salah satu dari tiga bhikkhu terdekat Sang Buddha selain Ananda dan Sariputta. Semasa hidupnya, Maha Moggallana mengatakan bahwa para pengikut Sang Buddha akan terlahir kembali ke alam surga sedangkan para pengikut sekte-sekte lain yang sesat atau kurang dalam hal perilaku moral akan jatuh ke alam rendah. Oleh karena itu, sekte-sekte lain kehilangan kemasyhuran yang diantaranya adalah Jaina.
Para orang Jaina marah sekali karena telah kehilangan dukungan dan kepercayaan publik. Tanpa menyadari penyebab-penyebabnya dalam diri mereka, segala bentuk kebencian dan kecemburuan ditimpakan kepada Maha Moggallana. Maka mereka menyusun rencana untuk membunuh Maha Moggallana sekaligus untuk menghilangkan kemasyhuran dan keberuntungan dari Sang Buddha. Enggan untuk melakukan pembunuhan Maha Moggallana dengan tangan mereka sendiri, mereka menyewa para penjahat profesional yang bersedia melakukan apapun termasuk membunuh demi mendapatkan bayaran yang setimpal.
Kala itu, Maha Moggallana sedang berdiam diri di gubuk hutan wilayah Kalasila dekat Rajagaha. Menyadari adanya para penjahat yang mendekat, Maha Moggallana menghilangkan diri dengan kesaktian yang dimilikinya. Setibanya gerombolan penjahat di gubuk tersebut, mereka tidak menemukan Maha Moggallana. Namun, mereka tetap datang kembali dan mencarinya selama 6 hari berturut-turut.
Tujuan Maha Moggallana menghilangkan diri bukan karena ingin melindungi dirinya sendiri, melainkan untuk menyelamatkan para penjahat tersebut dari jeratan konsekuensi karma yang akan membawa mereka pada kelahiran di alam neraka. Maha Moggallana memberikan kesempatan kepada mereka untuk mempertimbangkan kembali perbuatan yang akan mereka lakukan. Namun, keserakahan mereka akan uang sangat besar sehingga mereka tetap kembali ke gubuk yang sama hingga hari ketujuh.
Pada hari ketujuh, Maha Moggallana kehilangan kendali atas kesaktian yang dimilikinya. Para penjahat yang menerobos masuk pun menangkap, menganiaya dan meninggalkan Maha Moggallana terkapar bersimbah darah. Sangat bernafsu untuk mengambil bayaran mereka, para penjahat segera meninggalkan gubuk tersebut karena menganggap Maha Moggallana telah menjadi mayat.
Dengan kekuatan Jhana yang dimilikinya, Maha Moggallana dapat mempertahankan kesadarannya dan menemui Sang Buddha yang berdiam di Jetavana. Beliau menyampaikan kepada Sang Buddha bahwa dirinya akan segera meninggal dunia akibat siksaan dari para penjahat tersebut.
Sang Buddha menyarankan Maha Moggallana untuk membabarkan Dhamma yang terakhir kalinya sebelum parinibbāna. Maha Moggallana membabarkan Dhamma kepada para bhikkhu kemudian bersujud sebanyak tujuh kali kepada Sang Buddha. Di tempat yang paling suci, di sumber kedamaian yang terdalam, Maha Moggallana menghembuskan napas terakhirnya. Berita kematian Maha Moggallana menyebar begitu cepat. Mendengar hal ini, Raja Ajatasattu menyuruh bawahannya untuk menyelidiki hal ini. Para penjahat yang membunuh Maha Moggallana berhasil ditangkap dan dihukum mati dengan cara dibakar.
Para bhikkhu menyayangkan kepergian Maha Moggallana yang begitu sadis dan tidak mengerti mengapa orang seperti beliau meninggal dunia dengan cara yang seperti itu. Sang Buddha kemudian menjelaskan kepada mereka bahwa pada kehidupan lampau, Maha Moggallana telah melakukan kejahatan besar dengan membunuh kedua orang tuanya yang buta.
Atas perbuatan jahat ini, ia telah menderita dalam waktu yang sangat lama di alam neraka. Di kehidupan yang sekarang, Maha Moggallana harus mengalami kematian di tangan para penjahat akibat perbuatan tersebut yang telah berbuah. Sang Buddha kemudian membabarkan syair Dhammapada: 137, 138, 139, dan 140 yang berbunyi:
Seseorang yang menghukum mereka yang tidak patut dihukum dan tidak bersalah, akan segera memperoleh salah satu di antara sepuluh keadaan berikut:
Ia akan mengalami penderitaan hebat, kecelakaan, luka berat, sakit berat, atau bahkan hilang ingatan.
Atau ditindak oleh raja, atau mendapat tuduhan yang berat, atau kehilangan sanak saudara, atau harta kekayaannya habis.
Atau rumahnya musnah terbakar, dan setelah tubuhnya hancur, orang bodoh ini akan terlahir kembali di alam neraka.
Pesan moral yang dapat kita ambil dari Kisah Maha Moggallana ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang merupakan sebab dari akibat yang akan dituai oleh dirinya dalam waktu yang cepat maupun lambat. Apabila seseorang telah melakukan perbuatan yang jahat, maka cepat atau lambat, dirinya akan memperoleh akibat dari perbuatan jahat tersebut.
Sumber:
Hellmuth Hecker. Riwayat Hidup Maha Moggallana. Yogyakarta: Vidyāsenā Production. Halaman 71-75.
Samaggi-phala.or.id. Kisah Maha Moggallana Thera. https://samaggi- phala.or.id/tipitaka/kisah-maha-moggallana-thera/
tipitaka.net. Dhammapada Verses 137, 138, 139 and 140 Maha Moggallanatthera Vatthu.https://www.tipitaka.net/tipitaka/dhp/verseload.ph...
bodhidharma.ac.id. Karma Dalam Ajaran Buddha, Dua Babak Hukum Karma.https://bodhidharma.ac.id/artikel/49/Karma-Dalam-Ajaran-Buddha,-Dua-Babak- Hukum-Karma.html
Anandajoti Bhikkhu. 050 Ven Moggallana. https://www.flickr.com/photos/anandajoti/901428468...